Saat ibu-ibu di gampong lain sibuk mempersiapkan idul fitri  ibu-ibu si sini fokus pada ibadah, dan amalan-amalan di bulan ramadhan.  Warga di sini sangat mengsitimewakan bulan ramadhan sebagai bulan yang  sangat berharga untuk beribadah kepada Alloh.  Mereka  tidak ingin disibukan dengan kepentingan dunia, apalagi sibuk  mencari uang!

Walau mungkin jumlahnya relatif tidak besar, tapi ibu-ibu di Gampong Sapik punya solusi untuk selalu punya uang di saat seharusnya fokus pada ibadah!

Ibu ibu di Gampong Sapik mempunyai cara sendiri dalam memenuhi kebutuhan saat megang atau hari besar islam.  Mereka secara kreatif membentuk satu kelompok bersama.  Mereka memahami bahwa tidak selamanya uang mudah diperoleh, mereka harus menabung saat ada uang. Sebagai “manajer keuangan” rumah tangga mereka harus selalu mencari cara agar mempunyai tabungan yang mudah di-cairkan jiga sewaktu-waktu dibutuhkan.  Tabungan adalah prinsip, bukan untuk menumpuk kekayaan, tapi untuk sempurna beribadah dan bergaul dengan baik.  Sebagai mahluk sosial dan beragama, warga sering sekali dihadapkan pada kebutuhan dalam jumlah lebih besar.   Tujuan hidup itu adalah ibadah sehingga selalu siap secara keuangan  ketika menyambut megang dan puasa.   Aktivitas ini bukan motif ekonomi tetapi motif keagamaan untuk menyambut suasana ramadhan lebih khusyu.

Secara swadaya, mereka membuat kelompok ibu-ibu pekera.  Kelompok mereka terbentuk secara “informal” sebagai penyedia jasa pengolahan lahan dan panen pekerjaan pertanian di sekitarnya.  Atas jasa menanam, jasa mengolah lahan, atau jasa panen kelompok ibu-ibu  ini kemudian di bayar oleh para pemilik lahan pertanian, secara borongan.  Pada musim tanam padi misalnya para pemilik memborongkan pekerjaan tanam padi, demikian juga pada saat penyiangan padi dan pemanenan juga diborongkan pada kelompok pekerja wanita ini.  Pola ini telah berlangsung sejak lama, dan merupakan kearifan lokal ekonomi masyarakat dalam mencukupi kebutuhannya secara kreatif dan penuh kebersamaan.

Uang bayaran hasil pekerjaan mereka tabung di kas kelompok, setiap kelompok mempunyai kas masing-masing dengan besaran tergantung dari kerja masing-masing kelompok.  Sedikit demi sedikit jumlah tabungan mereka bertambah, dan menjadi tabungan warga. Tabungan ini bagi masyarakat sangat penting untuk berbagai kebutuhan di hari raya atau kepentingan lainnya. Masyarakat tidak rentang secara ekonomi karena mempunyai “tabungan bersama” yang akan dicairkan pada saat mereka sangat butuh uang

Jumlah peserta per kelompok berkisar antara 6-10 orang. Secara informal ditunjuk ketua yang akan memegang dana kas kelompok. Dana tersebut nanti digunakan untuk membeli berbagai keperluan warga untuk menghadapi bulan ramadhan antara lain seperti daging, terigu, dan bahan-bahan untuk menyambut ramadhan.  Dengan tabungan ini maka warga dapat lebih fokus pada ibadah, dan tidak “dikejar” oleh  mencari keperluan sehari-hari.

Ibu-ibu memberikan inspirasi tentang bagaimana bekerasama, bagaimana sabar mengumpulkan sedikit demi sedikit uang , dan juga mengantisipasi kebutuhan masa datang.  Dengan kerja keras, hasil tidak harus selalu dinilai dari nilai rupiah, tapi yang jauh lebih penting dari uang adalah berkah!